WahanaNews-Bogor | Kasus stunting (prevalensi stunting- pendek dan sangat pendek) di Kabupaten Bogor tahun 2021 turun menjadi 9,89%, lebih rendah 2,8% dibanding tahun 2020, yaitu 12,69%.
Kini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, tidak kendor melakukan berbagai upaya demi menurunkan angka stunting menuju Kabupaten Bogor Bebas Stunting (Gobest) di tahun 2023.
Baca Juga:
Mendagri Sebut Program Stunting Ada Rp10 miliar, Tapi Sampai ke Rakyat Hanya Rp2 miliar
Hal tersebut ditegaskan Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor Iwan Setiawan saat rapat penilaian kinerja penurunan stunting Kabupaten Bogor tahun 2022 untuk lokasi khusus (lokus) tahun 2021 di Ruang Rapat 1 Setda, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Rabu (6/7/2022).
Penanganan stunting di Kabupaten Bogor dilakukan melalui intervensi spesifik, seperti imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita. Serta pemantauan pertumbuhan dan intervensi sensitif, seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesetaraan gender.
“Ini upaya kami dalam penanganan stunting yang terintegrasi untuk mendukung penanganan kemiskinan dan masalah kesejahteraan sosial sehingga dapat menurunkan angka stunting di Kabupaten Bogor,” tandas Iwan.
Baca Juga:
Gencar Turunkan Angka Stunting, Pemda Sikka Lakukan Evaluasi Hasil Audit dan Diseminasi Kasus
Dalam rangka percepatan penanganan dan penajaman sasaran stunting, pemerintah telah menetapkan lokus fokus intervensi stunting tahun 2022, yaitu sebanyak 36 desa dari 21 kecamatan.
Meliputi 3 desa di Kecamatan Tanjungsari, 4 desa di Tamansari, 4 desa di Sukaraja, 3 desa di Rumpin, 3 desa di Pamijahan, 3 desa di Ciomas, dan 2 desa di Jasinga.
“Sisanya tersebar satu desa di setiap kecamatan yakni Leuwisadeng, Leuwiliang, Kemang, Klapanunggal, Jonggol, Gunung Sindur, Dramaga, Cisarua, Cileungsi, Cijeruk, Cigudeg, Ciawi, Ciampea dan Babakan Madang,” papar Iwan.