WahanaNews-Bogor.co| Mendengar keputusan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Tubuh Munir Alamsyah seketika bergetar.
Beban berat di pundak mantan guru usia 53 tahun itu seketika berkurang.
Baca Juga:
Dinas Arpusda Nilai Pengelolaan Kearsipan Desa Masih Bermasalah
Tak kuasa menahan haru, Munir langsung sujud syukur di depan awak media dan beberapa guru pada Jumat (29/1/2022).
Impiannya untuk mendapat honor mengajar selama 2 tahun sebesar Rp 6 juta akhirnya terwujud.
Sebelumnya,aksi dari Munir menyita perhatian publik.
Baca Juga:
Piala Bupati Bogor 2022 Terancam Dibubarkan, Ini Alasannya
Pasalnya mantan guru fisika itu nekat membakar SMPN 1 Cikelet Garut.
Aksi tanpa perhitungan matang itu dilakukan Munir lantaran kesal honornya selama mengajar dari tahun 1996 sampai 1998 belum dibayarkan.
24 tahun bolak-balik menagih haknya, Munir selalu ditolak pihak sekolah.
Hingga akhirnya pada Jumat (14/1/2022), Munir membakar tempatnya mengajar itu dengan membabi buta.
Pascakejadian itu, Munir pun diamankan pihak kepolisian.
Kasus Munir yang dipenjara lantaran membakar sekolah itu sontak jadi atensi nasional.
Lantas kemarin pada Jumat (28/1/2022), Munir resmi dibebaskan pihak kepolisian melalui jalur restorative justice.
Akhirnya bebas dari penjara, Munir lega.
"Perasaanya seperti diangkat dari masa-masa hina dan pahit, saya sangat bersyukur, terima kasih Pak Polisi dan pihak sekolah semuanya," ujar Munir seperti dilansir dari kompas.com, Sabtu (29/1/22).
Ia mengaku selama 24 tahun sering datang ke sekolah untuk menagih namun tidak membuahkan hasil.
"Saya membakar sekolah tersebut karena kesal, saya memohon maaf atas perbuatan itu," ucap Munir.
Honornya Dibayar
Tak hanya bebas dari kasus pembakaran sekolah, Munir juga akan mendapatkan honor yang sudah lama ditunggu-tunggunya.
Kepala Dinas Pendidikan Garut, Ade Manadin berujar bahwa pihaknya akan bertanggung jawab membayarkan gaji Munir.
"Kami Disdik Garut bersama Kabid SMP, dan SMPN 1 Cikelet, sekarang akan mengganti honor yang enam juta yang belum dibayarkan, mudah-mudahan ini menjadi sebuah obat luka yang ada di hati Pak Munir," kata Ade Manadin.
Lebih lanjut, Ade menjelaskan pihaknya memiliki tanggung jawab moral dan sosial kepada Munir yang dikenal seorang guru yang cerdas.
Tidak diberikannya honor selama dua tahun tersebut menurut Ade merupakan kontrol yang tidak peka dari lingkungan sekolah pada saat itu sehingga terjadi kejadian pembakaran tersebut.
Kisah Hidup Pilu Munir Selama 24 Tahun
Mimpi dan terkabulnya harapan tampaknya membuat Munir bisa tersenyum semringah.
Sebab selama 24 tahun, hidup Munir tak karuan.
Hal itu diungkap oleh kerabat Munir, Iip Syarif.
Diungkap Iip, selama bertahun-tahun hidup Munir memprihatinkan.
Belum menikah dan tak punya anak, Munir tidak memiliki tempat tinggal.
Selama ini Munir hanya tinggal di kamar kecil sebuah masjid.
Ya, Munir bekerja sebagai marbot masjid.
Munir juga kerap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari Munir dan hanya berharap pemberian dari kerabat dekat.
Kadang menurut Iip, Munir terpaksa mencuri ikan di kolam depan masjid milik saudaranya.
"Masak sendiri, kadang mencuri ikan saudaranya di kolam depan masjid," ungkap Iip Syarif.
Iip juga menyebut Munir adalah sosok pria yang cerdas dan memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata.
Munir adalah lulusan SMA 1 Garut yang saat ini menjadi sekolah favorit di Garut dan mencetak lulusan terbaik.
"Dia orangnya cerdas, sangat cerdas dulu lulusan SMA 1 Garut. Kita tahu pada masa itu sekolahnya merupakan sekolah terbaik," imbuh Iip Syarif.
Setelah lulus Munir diketahui melanjutkan kuliah di IKIP Bandung tahun 1988 Prodi Matematika.
IKIP Bandung sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia.
Munir drop out (DO) di semester dua lantaran saat itu ia tidak mampu membiayai hidup dan biaya kuliah.
"Munir ditinggal mati oleh ibunya, kemudian ayahnya menikah lagi, bisa dibayangkan bagaimana kondisinya saat itu," ucap Iip.
Setelah sang ibunya meninggal dunia, beberapa tahun kemudian ayahnya pun meninggal dunia.
Sejak saat itu kehidupan Munir tak menentu dan ia diketahui lebih sering menyendiri.
"Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, hidupnya banyak yang berubah mungkin tekanan mental dialaminya sejak saat itu," kenang Iip.
Iip mengatakan Munir kemudian mengajar di SMPN 1 Cikelet Garut pada tahun 1996 hingga 1998 sebagai guru fisika.[jef]