WahanaNews – Bogor | Pemerintah Kota (Pemkota) Bogor, Jawa Barat mendukung produsen-produsen olahan tempe berbahan dasar kacang koro berkembang di daerahnya, menggantikan kacang kedelai impor yang lebih mahal.
Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (DisKUMKMdagin) Kota Bogor, Medi Sandora mengatakan, pemerintah bahkan membantu promosi produk para produsen olahan kacang koro melalui berbagai cara.
Baca Juga:
Guru Besar IPB: Manfaat Tempe Fermentasi Kedelai untuk Kesehatan Tubuh
"Lagi konsolidasi, terakhir mengadakan pelatihan hampers 21 April 2022. Di antaranya Koperasi Paramasera juga ikut sebagai bentuk promosi, hampers produk kacang koro," ujar Medi di Bogor, Senin (23/5/2022).
Medi menjelaskan, semenjak kehadiran Menkop UKM Teten Masduki yang melihat-lihat hasil makanan olahan berbahan dasar kacang koro di Kota Bogor yang dipamerkan di Bubulak Tepi Sawah pada rangkaian Hari Kesatuan Gerak (HGK) ke-50 Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Bogor di Bubulak Tepi Sawah, Jumat (1/4/2022) lalu, Pemkor Bogor serius mendorong perkembangan bisnis tersebut.
Ia mengungkapkan, menurut data yang disampaikan Koperasi Paramasera, dari 101 menu yang disajikan dari berbagai daerah pada saat pameran dihadapan Menteri Teten Masduki, kini, Kota Bogor telah memiliki 10 UMKM binaan produsen olahan tempe dan keripik kacang koro.
Baca Juga:
2 Siswa Indonesia Kenalkan Mesin Pengolah Tempe di Austria
Saat itu, kata Medi, di Bubulak Tepi Sawah, Wali Kota Bogor Bima Arya yang mendampingi Menteri Teten menyatakan siap mempromosikan kacang koro sebagai pengganti kacang kedelai dengan mendorong hilirisasi atau pengolahan makanan menggunakan bahan dasar kacang yang banyak tumbuh di Indonesia itu.
Wali Kota Bima pun menyaksikan Menteri Teten Masduki optimistis kacang koro dapat menjadi pengganti kacang kedelai sebagai bahan dasar tempe, tahu, dan terigu, dalam beberapa tahun ke depan.
Kacang koro dinilai dapat lebih mudah tumbuh di tanah Indonesia yang beriklim tropis, dibanding dengan kacang kedelai yang untuk mendapatkannya harus bergantung kepada impor.
Pemerintah pun telah mendorong penanaman 100 hektare kacang koro dan akan dikembangkan menjadi 400 hektare di Sumedang sebagai proyek percontohan.
Teten Masduki menilai, perluasan kebun kacang koro akan strategis mengingat 95 persen impor kacang kedelai, 60 persen di antaranya digunakan untuk kebutuhan produksi olahan tempe.
Diketahui, setiap tahunnya, Indonesia mengimpor kacang kedelai sebanyak 2,5 juta sampai 3 juta ton per tahun.
Namun, meskipun permintaan tempe cukup banyak, produsen tahu dan tempe di Jabodetabek sempat mogok produksi menyusul tingginya harga kedelai impor yang mencapai Rp12.000 per kilogram (kg), lebih tinggi dari harga normal yakni Rp9.500-Rp10.000 per kg pada pertengahan Februari 2022.
Mereka merasa merugi karena saat itu, pedagang tempe mengeluhkan harga jual ke pembeli yang terlalu tinggi, sehingga tidak laku.
Kenaikan pun telah diperingatkan Kementerian Perdagangan sejak awal Februari 2022 oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan karena melonjaknya harga kedelai internasional.
Dua bulan berlalu, harga kedelai masih cukup tinggi sehingga pedagang memilih mengecilkan ukuran tempe yang dijual agar tetap terjangkau pembeli.
Menurutnya, pemerintah Kota Bogor pun tidak tinggal diam, dengan terus bercita-cita menjadi kota penampung produsen tempe berbahan dasar kacang koro berikut dengan produsen olahan tempe kacang koro, contonya keripik yang tidak kalah renyah.
"Jadi kami terus kerja sama dengan Koperasi Paramasera untuk mengembangkan para produsen di sisi produksi dan pemerintah mendorong promosinya. Rasanya, kandungannya berbeda dengan kedelai, tapi mirip, ada kandungan yang baik dibanding kedelai infonya gitu," pungkas Medi.[mga]